Ucap Syukur Pada Rindu Zaman Modern Ini

Perasaan satu ini memang sedikit berbeda dari yang lain-lainnya. Memang agak menggaduh dan menggelikan, kadang datang ketika hilang dan ada dalam diam. Oh, sedikit iba kadang dengan orang-orang yang tersudut dan terancam rindu. Orang bilang kadang kampungan, begitu saja dirindukan. Hey manusia karbitan, rindu tak seperti memasang kolor. Dia lebih. Tak hanya tinggal di selangkangan menahan beban. Beban yang tak lebih dari... Ya, kau tahu sendiri beratnya tak lebih dari kacang-kacangan harga seribuan.

Lebih dari itu, pengasingan diri adalah cara-cara teradahulu yang banyak dipakai oleh anak muda zaman sekarang dalam meredam rindu. Ah, meredam?

Sekiranya bukan seperti itu, iya hanya coba merasakan rindu. Ia bergelut sendiri di tengah lampu-lampu yang biasanya terjadi seketika (malam hari) saja. Berpergian ke suatu tempat yang nyaman dan kadang jika beruntung, ia akan menghasilkan tulisan (puisi). Rindu memang tak bisa dicari kecuali ada beberapa hal. Ia adalah semacam getah di hati untuk kepuasan.

Jika dulu perindu (orang yang rindu) hanya mengenang dalam fantasi. Bercanda dalam fikiran. Sesungguhnya, itu sangat tak bisa lagi dirasakan perindu di zaman modern ini. Mungkin kau yang hidup (modern) ini akan menggila, frustasi, atau bahkan ejakulasi dini. Ups. Kita tak tahu memang.

Enak, kau bahkan tak harus menunggu. Menunggu suaranya. Menunggu wajahnya. Menunggu senyumnya dan lainnya. Semua ada. Kau bahkan terutinitas melihatnya, entah dalam handphone yang ada dalam sakumu saat ini atau layar yang sedang kau tonton ini. Paling tidak hanya sekedar sayup-sayup angin yang berasa sejuk namun sedikit saja waktunya singgah.

Ya sudahlah. Berusaha saja dalam do’a lalu mengambil kemungkinan yang ada. Kita sendiri yang tahu apa yang kita rindukan. Orang lain kadang hanya ingin tahu, tak kurang dari pada tak mau tahu. Tapi memilih menceritakan keorang yang sangat dekat dengan kita itu akan lebih membuat kita terbantu. Paling tidak ia yang dekat, sedikit banyaknya mengerti dengan diri kita. Entah kebetulan atau tidak rindu juga tidak bisa sepenuhnya diungkapkan melalui bahasa. Ia tak berwujud. Sangat sulit dilisankan atau dituliskan.

Benar sekali. Kenyataannya kita mensyukuri yang ada. Memilih tentang bagaimana bersikap apa adanya. Ia hanya sebuah pikiran. Rindu! ah.

Penulis dan Tulisannya Ini

Hidup di dunia saat ini adalah anugerah sekaligus menggoyah keyakinan. Percaya atau tidak rindu yang terjadi memang terus-terusan serupa yang sedang dialami beberapa waktu belakangan ini. Secuil pertanyaan saja, tentunya darinya. Bingo, ia seperti sedang mencoba membuka pintu yang terbuat dari besi kokoh. Apa lagi jika ia melakukannya bertubi-tubi. Jelas, dia tak memerlukan kunci lagi membukanya. Ia hanya perlu menunggu. Menunggu rindu ini untuk meremukkan baja tadi hingga terurai menjadi biji-biji.

Mengeluarkan seluruh rindu-rindu dari dalam. Dari dalam. Kau benar-benar ajaib, rindu. Tak bisa diperintah. Kau punya gaya sendiri.

Tapi apa yang digaris bawahi di sini adalah ketakutan datang. Dan bisa jadi pembicaraan atau hanya sekedar pertemuan tak akan terjadi lagi. Kalau hanya diteruskan. Muak. Muak pada yang menceritakan. Menceritakan rindu ini.

Kebalikannya, hingga suatu saat kau menyetujui rindu ini dengan sangat terbuka. Aku tak tahan untuk itu. Aduh!

Komentar

Postingan Populer