Kata: Jangan

    Sebuah penilaian terlahir mereka yang berlalu-lalang mengepakkan pesona. Menggairahkan. Bagi mereka, teman yang menyukai hal itu. Kehidupan menjadikan alasan dalam persekongkolan tanpa norma. Disibukkan beberapa peregangan otot. Katanya lepas. Tanpa beban, berarti tak ada satu langkah pun menghadang entah dinding bahkan kerikil kecil yang memberatkan. Riuh saat kedudukan mendewa, bermahkotan bangga. Kebahagian. Belum berani mengatakan dosa.


    Piring-piring kecil digeser-geser, tak berat walau ada gelas di atasnya. Puncak kejayaan akan datang memperebutkan semua yang masuk akal. Lalu mencoba membumi hanguskan. Sang ahli pun berdegup-degup kencang takut ada kekerasan. Lahiriah, semuanya berkumpul bayi-bayi mungil. Tak tau santun. 

    Tiba saja. Seperti rela belajar seklumit totok jarum halus. Di ujung sana di pertengahan antara tempat santai menteri-menteri. Tinggi tiang bersandang, agak mengkilat. Tersohor cahaya ramuan seperti sihir yang menjadikannya pelangi. Lama tegak kedua kakinya menggigil ingin mencium peruntungan di sana. Malu pun ia sedikit.

    Ada yang memanas seketika pecah bising. Menggelegar kompetisi cacing kepanasan. Tak beralun-alun. Sambar-menyambar petir-petir. Dengar saja patukan paruh burung bangkai yang suka menggeretak geram. Heninglah malam, tapi hati pagi dengki dengan kesenangannya.

    Menitik. Ces.. ces.. ces..
    Pelan helusan itu. Hanya melalui kata. “Jangan!”

Komentar

Postingan Populer