Kapan Waktunya Berhenti?

Kapan waktunya berhenti? Aku pernah diceritakan oleh seorang teman bahwa dia telah berhenti menulis. Tapi, aku tak pernah menanyakan balik sampai kapan berhentinya? Aku tahu ketika dia mengatakan hal itu dia tidak benar sungguh-sungguh untuk berhenti. Sama seperti lapar, kita berhenti makan ketika sudah kenyang alias tidak lapar lagi. Berhenti makan sebelum kenyang? Anggap saja begitu dulu.

Temanku itu tidak mau mengatakan alasannya. Tapi, aku tahu sebentar lagi dia akan menulis beberapa kalimat. Ya, update status sosialnya. Aku bilang padanya, kalau begitu kenapa menulis di sosial mediamu? Jawabnya singkat saja, karena dia tahu ada orang yang akan membaca tulisannya. Aku dengan persoalannya ini, selalu menganggap bahwa dia hanya perlu orang yang mau membacanya. Membacanya (temanku itu) apa adanya. Dan aku selalu membawa topik cerita lama kalau dia sudah begitu (yang disukainya).

Sering sekali orang terlalu haus terhadap pujian dari hal kecil yang dikerjakannya. Lalu setelahnya dia akan merasa senang tanpa melanjutkan apa yang sudah dimulainya. Dia menuju ke dalaman berupa stagnan. Itu salah satu penyebab dia tak mau menulis lagi. Kadang dia mengatakan itu berulang-ulang kali.

Kalau saja orang-orang berhenti mengerjakan suatu hal, dia sebenarnya tidak benar-benar berhenti. Suatu saat dan tentu ada waktu dan tempatnya ketika ingin melakukan apa yang sudah pernah dilakukan. Setiap orang punya energi untuk mengembalikan suatu masa apa yang dia inginkan.

Maka, kapan waktunya berhenti? Percaya atau tidak, harapan yang kosonglah yang membuatnya berhenti.

Komentar

Postingan Populer