Aku: Terpujilah Engkau Tuhan

Setiap engkau ciptakan begitu beragam seisi alam ini. Termasuk manusia beserta takdir-takdir yang engkau goreskan tinta dalam buku harian-Mu, mungkin. Terhitung beberapa hari yang panas dan hujan tak menentu pekan lalu, sangat menggambarkan bagaimana rupawan manusia yang begitu takut keluar. Entah, takut pada-Mu atau pada keadaan hari itu. Memasuki bulan Februari ini, apakah akan sama lagi seperti cerita terdahulu. Engkau nampakkan belas kasihan, suka cita, kemiskinan, kesenangan, dan tak terhitung lainnya yang Kau buat.

Di setiap genggam-Mu mungkin hanya akan ada debu sekecil mikro yang aku lihat waktu pelajaran saat SMP dulu di laboratorium kimia, itu pun perlu alat bantuan melihatnya. Tentu Kau tak perlu melihatnya dengan alat bantuan. Dahulu yang kuperhatikan hanyalah bentuk dalam setiap benda atau manusia sendiri. Emosi yang berubah setumpuk puing-puingnya, aku tak mengerti, bisa dibilang tak disadari dan didasari.

Memang cepat tumbuh, sudah lebih bisa mengilah dan tak menanggapi hal yang membuatnya akan tersipu malu. Seperti rumput liar yang tumbuh dengan cepat, tinggi menjulang membanggakan diri tapi sangat lemah, tak bisa ia memegang tanah lebih erat. Bergoyang ke kanan, ke kiri, ke depan dan ke belakang karena angin. Andai saja dan kumohon..

Kau ciptakan jalan tapi manusia begitu buntu, Aku
Lihatlah laut mereka telah berperang
Kadang meruap dari dasar tanah
Terpecah belah
Merambah

Kau ciptakan peran tapi manusia hanya diam, Aku
Orang buta itu sanggup mainkan sulingnya
Di sekitarnya, manusia duduk
menghentakkan kaki
melihatnya atau mendengar

Kau ciptakan keindahan tanpa tapi, Aku
Terimakasih dalam suatu malam
meneteskan begitu saja air mata
semoga ia suka dan mengerti
apa dan mengapa
Aku

    Tiada hari yang begitu melelahkan ketika Tuhan juga bekerja bersama apa yang diciptakannya. Manusia masih sibuk memikirkan manusia lainnya. Bersamaan itu tak ada yang lain. Tuhan menuliskan setiap nama-nama beserta bait apa yang manusia lakukan. Setiap do’a dan usaha manusia Tuhan menakarnya dan sudah sampai sejauh mana. “Kau pantaskan aku sekarang ?”

Komentar

Postingan Populer