Kekuasaan dari Tempat Tidur

Mengapa orang-orang menginginkan kekuasaan? Pertanyaan ini selalu terlintas di benak saya, baik ketika bertemu secara langsung dengan orang yang sudah memiliki  ataupun yang akan memiliki kekuasaan.

Setiap orang sudah punya kekuasaan. Hanya saja kebanyakan orang mungkin belum menyadarinya. Dalam neurologi, otak menjadi raja atas semua gerak-gerik tubuh manusia. Begitu hebatnya organ manusia yang satu ini, maka hargai dengan memikirkan sesuatu yang rasional, jangan membebaninya dengan sesuatu yang tidak irasional.

Dalam psikologi pun begitu, hanya saja dalam beberapa alirannya tidak sepakat soal ini. Tapi, mari kita sepakati dulu bahwa ilmu psikologi itu sumber kekuatannya berasal dari sesuatu yang ada di dalam manusia. Manusia itu sendiri. Maka dengan itu kita bisa sama-sama sepakat manusia memiliki seluruh tubuhnya, yang menghasilkan segala bentuk prilaku. 

Kekuasaan yang dimiliki setiap orang adalah dirinya sendiri. Kira-kira bagi saya inilah bentuk kekuasaan yang tidak bisa dibantah. Tidak bisa mengasalkan manusia menyuruh manusia lainnya untuk melakukan suatu tindakan tertentu.

"Kekuasaan adalah suatu yang alamiah. Motif? Motivasi? Hmm...tentu ada, tapi bagi saya hal itu hanya semacam urusan kapitalistik."

Kekuasaan datang dengan sendirinya, tapi kemampuan untuk menjalankan itu adalah masalah sebenarnya yang sedang (dan akan) kita hadapi.

Mengapa kekuasaan perlu korban? Korban dalam artian sukarela dari diri sendiri, biasanya saat kita menginjak tanah, kita akan mendapati bahwa kaki kita akan terkena kotoran dan sebagainya. Ketika tidur kita menyadari atau tidak, telah melewatkan beberapa sekian waktu. Begitulah kita menerima kekuasaan yang ada dalam diri kita, mengorbankan bahkan itu diri kita sendiri. Hal itu memang harus terjadi untuk warna bagi kehidupan penguasa

"Kebetulan baru-baru ini nama Pramoedya Ananta Toer banyak diperbincangkan soal karya tetraloginya (Bumi Manusia) yang akan diangkat jadi film. Saya jadi ingat kata-kata Pram dalam tetraloginya itu."

"Jadilah majikan atas dirimu sendiri."

Saya percaya bahwa kata-kata ini dipilih Pram, bahwasannya manusia itu memang sudah mempunyai kekuasaan atas dirinya sendiri. Jadi konteksnya di dalam buku itu hanya mengingatkan saja (bukan mengajak untuk berwirausaha, ini pikiran pertama saya saat membaca tetraloginya Pram. Hahaha).

Kita perlu yakin, kita punya "kuasa" atas diri sendiri. Yang mana akan membuat kita menjadi tidak terbeban pada hal-hal yang menjengkelkan di luar sana.

Selama kita masih bangun sesudah tidur, kita punya kekuasaan itu. Mulailah kekuasaan itu dari tempat tidur.

Komentar

Postingan Populer