Memorandum Ruwet

Barangkali Tuhan hanya sedang memperhatikanmu saja, seperti saat kau kagum pada suatu hal. Mungkin saja ia hanya sedang ingin berbicara kepada orang lain atau dirinya sendiri, mungkin saja. 

Kepalamu saat ini penuh dengan sampah yang sama sekali tak ingin kau pikirkan, tak ingin terus kau dapati ia sebagai kenyataan. Padahal tak ada urusannya apa yang kau punya dengan apa ilusi/delusi/fantasi yang sering kau tanya-tanya di dalam pikiranmu.

Kebalikannya, disaat keadaan membaik, tanda tanya besar adalah apa yang terjadi pada hidupmu. Setahu ruh ini, hanya mati yang membuat keadaan membaik. Saat urat nadi tak berdenyut seperti dadamu yang berdetak-detak mirip sepatu lokak pejabat negara, adakalanya ia berhenti dan keadaan bukanlah pula membaik melainkan kosong. Matamu yang kosong, telingamu tak mendengar, indera lainnya offline.

"Matilah raga, kembalilah kekosongan."

Kau tak pernah percaya dalam kurun waktu yang lama dan sangat lama tak pernah ada sejarahnya hidup ini membaik. Membaik yang adalah masa depan, walaupun materi terpenuhi, jiwa tak beradu pada keadaan. Alangkah hidup sepertinya sebuah nama.

"Sempurna."

Jika siapapun menjadi alasan, kau tak pernah bisa mengikatnya. Apalagi memintanya mengikat sendiri, inilah disaat kau tak percaya padahal yang berbau metafisika, kau tak percaya pada ilmu pengetahuan, kau tak percaya dan gawat, kau tak percaya pada Tuhan.

Persis saat kau duduk, kau duduk pada kursi yang berskala tumpuan berat berapa. Kau mengetik dengan seberapa kencang dari pada cahaya menyoroti wajahmu, cahaya itu, yang dari laptopmu sebelum redup. 

"Kau seperti bukan apa-apa, berada pada apa, dan tak pernah menyadari apa. Itu bukanlah pernyataan, melainkan siapa kau dan di atas siapa sebenarnya?"

Komentar

Postingan Populer