Sembunyi

Di setiap tidur ada hadiah yang diberikan Tuhan.
Mengenang dalam kesendirian setelah hidup yang panjang.
Katanya.

Aku selalu berpeluang menghadirkan bayangan.
Tapi tak sampai untuk meletakkan arah jalan.
Biarlah, Tuhan.

Tuhan yang menghantarkan dalam gelap yang panjang.
Berharap ada salju turun di tengah perbukitan.
Tempat bersemayam bayi kecil yang periang.

Ada yang bilang.
Ada hidup setelah kematian.
Ada juga kemuliaan di samping pengorbanan.
Kemudian, ada kemudahan di balik perjuangan.

Kepercayaan walau ada, hanya sekedar tiada.
Sekali lagi, biarlah Tuhan.

Sekarang, di ruang sana sedang menceritakan hantu.
Berbisik-bisik menumbuhkan rasa ingin tahu.

Lantas harus apa saat semuanya kembali rindu.
Bernisan batu, bersebelahan dengan mereka yang membisu.

Aku tak hilang akal walau sudah membatu.
Biar mengeras dan menua.
Biar rapuh oleh si cuaca.
Biar terkikis karena duka.

Tetap dalam semua ingatan.
Karena sembunyi-sembunyi adalah kehilangan yang berbunyi.
Kali ini biarkanlah aku, Tuhan.

Menyepi dan sembunyi.

Padang, 24 Februari 2016

Komentar

Postingan Populer