Mulai Tak Berencana, Akhirnya Malah Tertawa

Sabtu malam lalu kami berpergian, hitung-hitung mencari suasana baru di luar. Kami juga sepakat malam ini “yang penting keluar saja”, mumpung waktu belum terlampau malam. Bersiap pergi keluar. Kami, pertama kali memutuskan arah melewati jalan yang ramai dengan penduduk kota memakai motor. Salah satu tempat nongkrong “doing nothing,” favorit anak-anak di sini.

Tempatnya biasa saja sebenarnya, kedai ‘ngopi’ anak muda, ada kisaran tiga toko dan berjarak-jarakan. Kami juga memelankan motor, melewati toko tersebut. Bukan karena keinginan kami, jalan saat itu memang habis diapit motor dan mobil yang berjejeran, sampai pengkolan depan persimpangan arah jalan kami. Orang-orang juga tak terlalu suka ngopi di dalam toko tersebut, tampaknya. Mereka memlih di luar, duduk ‘memanjang’.

Tak ada pilihan lain, lalu kami mengikuti arus saja, melihat ada kelompok-kelompok di tepi-tepi jalan tersebut, sedang bercerita, main gadget, merapikan pakaiannya, bersorak-sorai, gelak tawa, dan lainnya, sangat bahagia (mungkin).

Berharap kali ini sesuatu akan terjadi, semacam peristiwa gila. Hal-hal aneh yang membuat penasaran, tapi tak juga ada. Mungkin tiba-tiba ada meteor jatuh, lumba-lumba naik motor, kereta api terbang, menarik. Akibat dari macet tadi pikiran pun, ikut nimbrung jadi tidak jelas.

Selesai dari macet “kacang panjang” tadi, salah satu jalan di persimpangan ditutup, terlihat dari plang dilarang jalan (motor). Seseorang lalu mengarahkan jalan kami. Yah, juru parkir. Disebut juru, rasanya juga tak pantas. Masih bocah seumuran jagung, telinga di ‘piercing’, perangai yang susah dijelaskan. Mengatur jalan pun masih tergopoh-gopoh. Memang, ia bukan lulusan atau pernah mengikuti pelatihan polisi lalu lintas. Semuanya otodidak.

Di arahkan kami ke sebuah jalan, kami tahu jalan ini akan membawa kami ke tempat lain lagi. Kedua, ketiga, keempat, kelima, seterusnya. Dimana-mana orang-orangnya juga melakukan hal yang sama. Setelah itu kami berjalan lagi, lagi dan lagi. Dan semuanya juga sama. Itu-itu saja.

Kami berdialog (Sudah di potong, sebagian) :

“Otak kita hari ini ‘dikerjain’ Tuhan, didesain sama untuk berfikir.”, katanya.
“Gak kayak biasanya, mungkin memang karena tak berencana dan bertujuan awalnya”.
“Waktunya juga tiba-tiba”,katanya.
“Pulang ?”
“Sudah direncanakan ?” tanyanya.

Kami pun senyum tertawa, coba menghibur diri. Singkat cerita, malam itu memang rancu dan misterius. Bukan karena lingkungan, kami berbicara tersebut memang tak tahu apa yang menarik (di pikiran kami) malam itu.

Benar juga kalimat ini, entah di mana tahunya, “Bahwa hal sekecil apapun kau harus mempunyai rencana yang jelas dengan niat dari diri.” Termasuk hanya keluar rumah, untuk menghirup udara segar, melihat pemandangan, mengajak jalan badan.

Breathe....

Komentar

Postingan Populer